Benar, Salah, Dibenarkan, atau Disalahkan

September 24, 2009 pukul 4:25 pm | Ditulis dalam Bahasa, Uncategorized | 2 Komentar
Tag: , , , , , ,

Artikel ini Saya buat kembali sebagai bagian lanjutan dari artikel sebelumnya yang berjudul Kebiasan Salah Menyebutkan Kata Berimbuhan yang lalu. Dan juga ini adalah artikel yang Saya buat setelah adanya komentar dari Samalona, yang secara tidak langsung mengingatkan penulis tentang salah satu keunikan penulisan imbuhan me-.

Berikut adalah hasil pemikiran Saya ketika sedang asyik beres-beres rumah 🙂

Kok Bisa Begini, sih?

Begini apanya? 🙂 Begini lho!
Kalau diperhatikan baik-baik dalam kata yang berimbuhan me- yang juga bertemu dengah imbuhan pe-, sering terdapat 2 versi yang berbeda yang bahkan sering digunakan oleh masyarakat. Tidak dikhususkan apakah dalah berbicara, menulis surat, hingga siaran Televisi.

Oke, coba Kita menggunakan kata-kata berikut untuk eksperimen Kita kali ini yaitu satu, taruh, tahan, sunting, dan masalah.

Nah, jika ditambahkan dengan imbuhan me- dan pe- akan terjadilah hal ini:
1. Kata satu ada yang menuliskannya/menyebutkannya mempersatukan dan memersatukan.
2 Kata taruh ada yang menuliskannya/menyebutkannya mempertaruhkan dan memertaruhkankan.
3. Kata tahan ada yang menuliskannya/menyebutkannya mempertahankan dan memertahankan.
4. Kata sunting ada yang menuliskannya/menyebutkannya mempersunting dan memersunting.
5. Kata masalah ada yang menuliskannya/menyebutkannya mempermasalahkan dan memersalahkan.

Nah, kelihatan kan? Atau baru menyadarinya? Ya, penulis memang baru sadar akan hal ini. Permasalahan ini muncul khusus ketika imbuhan me- bertemu dengan imbuhan berikutnya yaitu pe-. Entah bagaimana menyikapinya.

Dan menjadi permasalahannya adalah apakah hal ini (yang tidak dengan ketentuannya jika imbuhan me- bertemu dengan imbuhan pe- yang awalan hurufnya “p” yang mau tidak mau harus berubah menjadi mem-) adalah benar, salah, dibenarkan, atau disalahkan?

Namun kalau diperhatikan untuk kata yang berimbuhan me- yang tanpa ada tambahan imbuhanpe-, contohnya dengan kata patuh yang menjadi mematuhi, jarang ditemukan kata yang seperti ini mempatuhi.

Itulah yang menjadi kebingungan Penulis sendiri. Bagaimana? Ada yang bisa memberikan saran? 😀
😮 Jujur, penulis Saja bingung 🙂

Kebingungan memikirkan masalah? Ya seperti ini deh jadinya ^-^

Kebingungan memikirkan masalah? Ya seperti ini deh jadinya ^-^

Hampir Mati

September 24, 2009 pukul 3:39 pm | Ditulis dalam Uncategorized | 3 Komentar
Tag: , ,

Entah apa yang terjadi pada malam kemarin ( 24 September 2009), sekitar pukul 22.15 ketika hendak menyebrang jalan dengan sepeda motor hampir saja diseruduk oleh pengendara lain.

Nyaris, Alhamdulillah doa terkabul (sebelum keluar rumah aku sempat berdoa untuk diselamatkan dalam perjalanan). Saya menarik gas sekencang-kencangnya hingga terlepas dari maut dan walaupun akhirnya sepeda motor saya tergelincir di tepi jalan karena berpasir, tidak ada cacat sedikit pun 🙂

Tapi yang Saya herankan, orang yang hendak menabrak Saya karena kesalahan Saya tidak berhenti, setidaknya memarahi Saya 🙂 hanya berlalu begitu saja yang sebelumnya sempat mengklakson dari Saya ketika saya tepat di tengah jalan hendak terjadi tabrakan.

Kronologisnya?
Waktu itu, saya hendak ke seberang jalan sambil mengendarai sepeda motor. Melihat ada satu kendaraan di belakang, saya menepikan kendaraan saya. Setelah itu saya menoleh ke belakang dan mendapati sebuah kendaraan motor masih agak jauh (pandangan saya sih gitu 🙂 ) tapi ketika menyebrang. Tuh motor kok tiba-tiba udah deket banget. Hampir mati deh gue! 🙂

Kesalahannya dimana?
Lupa menghidupkan lampu sein karena merasa jaraknya masih aman 😛

Kebiasaan yang Salah saat Mengucapkan Perubahan Pada Imbuhan

September 21, 2009 pukul 2:03 am | Ditulis dalam Bahasa, Uncategorized | 14 Komentar
Tag: , , , , , ,

Hm…, pelajaran tentang imbuhan mungkin sudah dipelajari sejak SD. Saat SMP sudah dipelajari tentang detil-detilnya dari manfaat sampai perubahan-perubahannya. Seperti jika imbuhan me- bertemu dengan kata yang berawalan huruf “s”, contoh pada kata suka maka imbuhan me- akan berubah menjadi meny-, sehingga kata suka berubah menjadi menyukai.

Namun, hehehe :-D, ada kata-kata yang bertemu dengan imbuhan diucapkan berbeda atau bisa dibilang salah diucapkan :).

Contoh yang sering dijumpai adalah kata suci. Hampir sering didengar di kehidupan masyarakat, dari berbincang, hingga chatting di internet, dan juga di siaran televisi (biasanya sih kata ini sering disebutkan di acara dakwah 🙂 ). Kata ini saat ditambah imbuhan me-, sering diucapkan mensucikan, bukan menyucikan (sesuai dengan kaidahnya ^-^ ).

Bukan itu saja, masih ada lagi seperti kata sukses dibaca mensukseskan bukan menyukseskan, dan beberapa kata lain yang “terbiasa” diucapkan tidak sesuai dengan kaidahnya yang dilupakan oleh Penulis sendiri 😛 hehehe.

Nah…, mungkin ada alasannya kenapa bisa begitu. Berikut adalah kemungkinan dari Penulis mengapa hal tersebut bisa demikian terjadi (bahasanya kok ribet ya? :-D)

1. Agak janggal menyebutkannya.
Kok? Begitu…, ya…, kemungkinan ini bisa jadi. Seperti contoh pada kata mensukseskan akan terasa aneh jika dibaca menyukseskan. Kesannya bagaimana ya? Terlalu panjang dan ya itu tadi agak aneh 😀 (ini menurut pendapat Saya 🙂 ).

2. Takut terjadi kesalahan tafsir.
He? Kok begini? Ya…, mungkin saja 🙂 contohnya pada kata mensucikan. Bagaimana jika ada seorang berkata menyucikan. Pasti sebagian besar pikirannya akan mengarah ke kata “cuci” bukan “suci”.

3. Karena kebiasaan
Hm, mungkin juga 😀

Hm…, mungkin itu adalah garis besarnya. Ya…, akhir-akhir ini sudah mulai terjadi perubahan dimana sudah mulai untuk mengikuti kaidah Bahasa Indonesia. Seperti kata mensukseskan kini sudah mulai sering disebut menyukseskan.

Oke, pemaaf mohon maaf hanya bisa memberikan contoh pada imbuhan me- yang ketemu kata dengan awal huruf “s” karena penulis hanya teringat di sini saja :).

Ya…, semoga bisa bermanfaat. Amin! Well…, Selamat Hari Raya Idul Fitri!

Ekspresi seseorang jika diberitahu kesalahan yang mengakar. Tapi kok ada tulisan Sutradara? Maklum itu karya Saya untuk tujuan yang berbeda ^-^

Ekspresi seseorang jika diberitahu kesalahan yang mengakar. Tapi kok ada tulisan Sutradara? Maklum itu karya Saya untuk tujuan yang berbeda ^-^

Arti Gaul Sesungguhnya (Mari dibahas dari sisi bahasa)

September 20, 2009 pukul 11:23 pm | Ditulis dalam Bahasa, Uncategorized | 13 Komentar
Tag: , , , , , , , , , ,

Mungkin orang beranggapan bahwa anak gaul itu identik dengan aneka pernak-pernik yang melekat ditubuhnya. Seperti, gelang, cincin, anting-anting, kalung, rantai, dan lain-lain.

Pernyataan di atas diperkuat dari hasil perbincangan dengan teman-teman sekolah. Banyak siswa yang beranggapan bahwa anak gaul itu adalah sama seperti yang di atas. Padahal, arti dari gaul itu sendiri bukanlah demikian.
Banyak anak muda menganggap jika tidak merokok bukanlah anak gaul atau pun jika tidak menindidik telinganya (khusus cowok) itu bukan anak gaul. Namun, anggapan itu salah. Jika kita merokok justru merugikan kesehatan dan memboroskan uang jajan dan menindik telinga itu sangatlah sakit, kalau asal-asalan bisa tetanus dan berakibat kematian. Death. K. O.

Sekarang, jika ingin mengetahui arti gaul itu sebenarnya, bukalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Dan cari pada halaman “G” istlah “gaul” Jika telah menemukannya, arti gaul itu adalah hidup berteman atau bersahabat. Jadi, dapat disimpulkan bahwa anak gaul adalah anak yang hidup berteman. Bersahabat dengan teman-teman dilingkungannya. Jadi, dari mana kita mendapatkan bahwa anak gaul itu harus menggunakan pernak-pernik itu? Jawabannya hanya satu. Trend. Trend adalah model-model yang digemari pada masa-masa tertentu. Pada saat lagi nge-trend memakai jaket di sekolah, semua memakainya. Saat nge-trend rambut berdiri kayak Bangsa Seiya (berdiri, mohawk), semua mendirikan rambutnya.

Itulah sebagian contoh yang dimasukkan dalam persyaratan menjadi anak gaul. Padahal semua itu salah. Untuk menjadi anak gaul hanyalah tinggal bersahabat dengan orang-orang sekitar atau tetangga, tapi harus pilih-pilih dulu dan mengetahui apa-apa saja yang telah terjadi di daerahnya.

Jadi, kalau ingin disimpulkan lagi lebih mendalam, anak gaul adalah anak yang bersahabat dengan seseorang atau lebih di dalam masyarakat dan daerah tertentu.

Jadi, bahwa anak gaul itu sesungguhnya tidaklah harus memakai pernak-pernik yang menonjolkan ciri khas preman. Melainkan, anak gaul adalah orang yang bersahabat dengan siapa saja dan dimana saja, asalkan yang menjadi sahabat kita itu bukanlah sampah masyarakat.

Pernah dipublikasikan di mading SMP Negeri 1 Sungai Kakap pada tahun 2005 dan di mading SMA Negeri 1 Sungai Kakap pada tahun 2007

Lebaraaaaan….!!!

September 20, 2009 pukul 9:47 am | Ditulis dalam Uncategorized | 1 Komentar
Tag: , ,

HAhahahaha (kok tertawa?) Ya…, selamat hari Raya Idul Fitri. Mohon maaf jika di dalam blog ini ada kata-kata yang menyinggung.

Di hari Raya ini…, semoga di hikmah di bulan Ramadhan terus kita pertahankan sampai akhir hayat. Amin 🙂

Selamat Hari Raya Idul Fitri!

Selamat Hari Raya Idul Fitri!

Bahasa yang Tertinggal

September 19, 2009 pukul 4:08 am | Ditulis dalam Bahasa, Uncategorized | 3 Komentar

Tidak dapat dipungkiri…, hampir selama 3 1/2 abad bangsa Kita dijajah oleh bangsa Belanda dan juga selama 3 1/2 tahun bangsa Kita dijajah oleh Jepang, banyak yang terjadi dan juga ada yang tertinggal di bangsa Kita. Bisa dibilang oleh-oleh 😀

Salah satunya selain penderitaan yang amat sangat…, adalah istilah-istilah tertentu yang sering digunakan pada zaman dulu hingga sekarang pun masih digunakan. Nah, itulah salah satu bahasa serapan yang dipakai oleh Kita.

Istilah-istilah asing yang sering digunakan oleh penjajah saat berinteraksi dengan bangsa Kita dulu…, lama-lama menjadi suatu istilah yang melekat dan dipergunakan setiap hari hingga sekarang.

Nah…, untuk contohnya…, Kita bisa melihat contoh penggunaan bahasa Jepang yang umum dipakai oleh Kita.

“Nak, tolong belikan udang ebi di toko!”
“Ada tepung tapioka, gak?

Nah…, kata “ebi” pada contoh pertama berasal dari bahasa Jepang yang artinya udang kering. Sedangkan kata “tapioka” juga berasal dari Bahasa Jepang yang berarti ubi.

Untuk dari Belanda ada istilah yang sering digunakan namun tidak disadari kalau itu merupakan bahasa Belanda. Yaitu kata oom yang artinya adalah Paman. Isitilah tersebut merupakan istilah Belanda, bukan dari Jawa (sebelumnya aku beranggapan demikian :P)

Nah…, itulah sebagian bahasa yang tertinggal oleh bangsa Penjajah. Semakin majunya teknologi membuat informasi makin maju. Dan istilah-istilah baru pun mulai masuk.

Sebenarnya…, bukan hanya dari kedua negara itu saja yang memiliki bahasa yang tertinggal dari Arab, Cina, dan yang paling tua adalah dari India dalam penyebaraan agama Hindu/Budha. Banyak orang bernama dan menamai anaknya dengan kata Candra, Tirta, dsb…, itu merupakan kata-kata dari bahasa Sanskerta yang masih sering dipakai.

Nama untuk Arab seperti Abdul, Ahmad, dan lain-lain.

Nah, bagaimana dengan kehidupan sehari-hari anda? Seringkah Anda dan orang-orang disekitar Anda memggunakan bahasa yang tertinggal itu? 😀

Kini bisa berdampingan, dulu saling serang. Perubahan yang drastis

Kini bisa berdampingan, dulu saling serang. Perubahan yang drastis

Sumber Gambar:http://www.padang-today.com/foto/berita/normal_BenderaIndonesiaJapan.jpg

Hm….

September 16, 2009 pukul 7:07 am | Ditulis dalam Uncategorized | Tinggalkan komentar
Tag: , , , ,

Nggak tau mengapa ingin menulis aja 😀

Well…, setelah 4 hari nggak mandi akhirnya mandi juga hehehe 😀

bukannya gak ada sebab! Tapi gw sakit demam…, gak tau deh sakit apa hehehe

itu doang!

FAce 2

My Galery

September 7, 2009 pukul 11:20 am | Ditulis dalam Uncategorized | 2 Komentar
Tag: , , , , ,

Hm…, di bulan Ramadhan ini, untuk mengisi Mading di sekolahku, aku menggambar sebuah karikatur yang asik banget hehehee.

Sekarang aku posting di sini, dan yang pastinya di sini udah ak edit!

mohon komentarnya!!!

Jernih


Entries dan komentar feeds.